Senin 21 September 2015, pukul 13.00. Para santri, guru, ustadz/ah dan alumni sudah hadir di gedung Mirota Batik untuk mengikuti acara “Launching relokasi Perpustakaan”. Acara ini ditandai dengan kegiatan rutin bedah buku yang pada kesempatan ini sudah memasuki putaran ke 6. Buku yang dibedah kali ini adalah buku yang merupakan salah satu kado ulang tahun yang menandai usia ke 50 tahun Pondok Pabelan berupa kumpulan tulisan alumni generasi kedua, dengan judul “Setengah Abad Pondok Pabelan, Perjalanan meraih Impian”.
Setelah pembacaan ayat suci Alqur’an sebagai tanda dibukanya acara pada siang itu, KH Ahmad Najib Amin, memberikan sambutan sekaligus meresmikan perpustakaan di lokasi yang sekarang. beliau berkata “Kita bukan memulai tapi membuka lagi perpustakaan, yang kemarin sempat berhenti karena bangunannya sudah tidak aman ditempati, dan sementara memindahkannya di gedung kopontren, sekalipun bangunan ini agak sempit dan sangat sederhana tapi tidak akan menyurutkan semangat membaca para santri”, begitu harapan beliau.
Dua pembicara dihadirkan dalam acara bedah buku kali ini. Pembicara pertama ialah Ibu Mifthahus Syahadah alumni aseli desa Pabelan. Ia adalah salah satu dari 30 alumni penulis buku “Meraih Impian” ia menyelesaikan studi S2 nya di Australia dan sekarang menjadi dosen di UIN Jogjakarta. Pembicara kedua ialah Zaima Bunga Wijayanti anak pertama bapak KH Ahmad Najib Amin ini pernah mengikuti pertukaran pelajar ke Jepang dalam program Jenessys dan sekarang kuliah di UNY jurusan Sastra Inggris semester 5.
Dalam pembicaraanya Ibu Miftahus Syahadah bercerita pengalamanya saat kuliah S2 jurusan knowledge management di Australia. Ada hal menarik yang beliau jumpai disana yaitu saat kuliah mata pelajaran knowledge sharing, ada kesamaan materi dengan mahfudzat yang beliau pernah pelajari dulu saat nyantri yaitu “Ilmu tanpa di amalkan seperti pohon tanpa buah” dalam bahasa mahfudzatnya “Al-‘ilmu bilaa ‘amalin kassajari bilaa tsamarin” jadi apa yang kita pelajari waktu di pondok itu dipelajari juga oleh mereka di perguruan tinggi. Alangkah beruntungnya kita yang bisa belajar mahfudzat, hadist, balaghoh dsb itu. Banyak pengalaman yang menguatkan proses belajar yang ditulis dalam buku itu.
Sedangkan Bunga Wijayanti yang lulus Pabelan tahun 2012. Dan mengabdi satu tahun dengan mengajar Matematika. Menurut mbak Bunga (sapaan akrabnya), ketika berada di Pabelan banyak kesempatan untuk bisa ikut ke luar negeri. Pernah mencoba AFS/YES saat masih nyantri tapi hanya bisa sampai tahap kedua. Dan pada kesempatan lain mbak Bunga mendapatkan kesempatan pergi keluar negeri. Lewat program JENESSYS dan berangkat ke Jepang dari bulan februari sampai maret 2014. Menurut mbak Bunga hal yang sangat berkesan saat berada di Jepang adalah, walaupun Jepang adalah negara modern, tetapi tetap menjaga kuat tradisi dan budayanya. Dan itulah yang perlu dicontoh oleh negara kita, yang sekarang ini terasa mulai luntur dengan masuknya trend dari negara lain yang kadang bertolak belakang dengan adat dan tradisi kita. Para santri sangat antusias bertanya pada kedua narasumber, mengingat bahwa pengalaman kedua penulis sangat erat dengan pengalaman para santri setiap harinya.
Akhirnya, buku setebal 268 hal. ini, dengan segala kekurangannya yang ada, penting untuk dibaca. Tidak saja oleh para santri tetapi juga oleh para orang tua yang mempunyai anak di Pesantren atau semacamnya, juga para guru atau pemerhati pendidikan. Selamat Membaca !