KH. Hamam Dja’far
Lahir di Desa Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, pada 26 Februari 1938, adalah sulung dari dua putra pasangan Kiai Dja’far dan Nyai Hadijah. Hamam besar di bawah pengasuhan adik kakek pihak ibu, yaitu K.H. Kholil yang tinggal di sebelah selatan masjid pondok. Dalam keluarga Hamam mengalir darah ulama yang diturunkan oleh Kiai Haji Muhammad Ali bin Kiai Kertotaruno, pendiri Pondok Pabelan (sekitar tahun 1800-an) yang pertama, yang juga pengikut setia Pangeran Diponegoro. Menurut masyarakat setempat, Kiai Kertotaruno adalah keturunana Sunan Giri, salah satu wali penyebar agama Islam di Tanah Jawa.
Setelah menamatkan Sekolah Rakyat di desanya tahun 1949, Hamam melanjutkan ke Sekolah Menengah Islam di Muntilan sampai tahun 1952. Hamam sempat belajar di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, baru kemudian mondok di Pondok Moderen Gontor, Ponorogo, Jawa Timur selama kurang lebih 11 tahun (1952-1963). Di Gontor, Hamam berguru secara langsung kepada “Trimurti” pendiri Pondok Moderen Darussalam Gontor: K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainudin Fanani, dan K.H. Imam Zarkasyi. Kelak, Hamam menjadi salah seorang anggota pengurus badan wakaf pondok yang terletak di Ponorogo itu.
Setamat dari Gontor, dalam usia 25 tahun, Hamam kembali ke kampung halamannya dan kemudian mendirikan Balai Pendidikan Pondok Pabelan pada 28 Agustus 1965. Atas prestasinya dalam membangun Pondok Pabelan, Kiai Hamam dianugerahi Aga Khan Award untuk arsitektur pada tahun 1980, dan penghargaan Kalpataru untuk lingkungan hidup pada tahun 1982.