2 november 2016, tepat pukul 11 WIB, 5 santri putra dan 19 santri putri tengah melaksanakan upacara pemberangkatan peserta ekspedisi Emas IAYP dengan wejangan dari Pimpinan Pesantren Pabelan, K.H Ahmad Najib Amin. Beberapa pesan dari beliau diantaranya agar menjaga “solah bowo muna muni”, yang maknanya adalah agar para peserta dapat menjaga tingkah laku, dan ucapan kita krtika berada di daerah yang ditempati untuk kegiatan ekspedisi. Karena santri Pesantren Pabelan harus dikenal dengan sopan santunnya.
Kegiatan Ekspedisi ini menjadi kegiatan rutin setiap tahun. Dan program emas ini sedikit berbeda dari program IAYP perunggu dan perak. Untuk ekspedisi, program perunggu dan perak hanya memakan waktu sekitar 2-3 hari saja. Sedangkan program emas adalah 4 hari.
Kali ini, tempat yang akan dituju adalah Goa Seplawan di daerah Purworejo, dan berbatasan dengan Kulonprogo Yogyakarta. Setelah berdoa bersama, rombongan santri berangkat dengan 1 bus menuju lokasi yang akan ditempuh sekitar 2 jam dengan rute yang lumayan berat karena jalur yang mendaki dan belokan tajam di beberapa titik, sementara hujan mulai menemani diperjalanan.
Hujan makin lebat setelah peserta sampai di lokasi. Bukan santri Pabelan namanya kalau hanya dengan hujan jadi patah semangat. Dengan berseragam jas hujan mereka bersama-sama mendirikan tenda dengan wajah yang tetap ceria.
Hari pertama, malam setelah tenda dan peralatan lain siap, mereka berkumpul di sebuah pendopo di sekitaran gardu pandang goa seplawan. Acara pertama sore itu adalah uji kreatifitas. Mereka diharuskan membuat sebuah karya daur ulang. Beberapa santri ada yang membuat miniatur bangunan dengan menggunakan batang korek api. Ada yang menggunakan kardus dan sedotan plastik.
Usai presentasi alat-alat kreatif itu, para peserta menyemarakkan malam keakraban api unggun dengan menampilkan beberapa pertunjukan. Ada drama, ada Akapela, puisi dan musik. Keseruan malam itu ditutup dengan pertunjukan dari para Pembina. Semua tertawa akrab hingga melupakan suhu yang sangat dingin disana. Uniknya acara malam itu adalah peserta tidak berhasil menyalakan Api unggun karena kayu basah. Dan kabut menjadi teman para peserta sebagai pengantar tidur hingga pagi menjelang.
Para peserta melakukan kegiatan ekspedisi dengan menyusuri beberapa Goa yang ada di sekitar Purworejo dan Yogyakarta. Goa Kiskendo yang berjarak sekitar 10 km dari goa Seplawan ditempuh peserta dengan berjalan kaki. Dan para peserta tetap melakukannya dengan sukacita.
Pada perjalanan kembali ke Goa Seplawan, peserta juga mengunjungi goa Nguwik. Di goa nguwik ini terdapat fosil hewan purba. Para santri mendapatkan pengalaman baru tentang fosil-fosil tersebut. Diantaranya ada fosil badak, rusa dan keong.
Beragam acara dilalui dengan gembira. Ekspedisi, bakti sosial membersihkan goa, lomba memasak, lomba cerdas cermat, sharing masa depan, renungan dan muhasabah dapat dilalui semua peserta dengan mengesankan. Kabut dan hujan setia menemani hari-hari selama disana. Hingga akhir kegiatan, para santri mengakhirinya dengan wawancara pada para warga dan pengurus objek wisata disana. Dan pukul 2 siang, hari sabtu, bus penjemputan datang. Dan semua peserta berangkat pulang dengan membawa semangat dan jiwa yang lebih fresh.